Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin mengatakan, prospek industri agrobisnis untuk tahun 2013 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga peluang itu harus diraih.
"Prospek industri agribisnis 2013 relatif lebih baik dibandingkan dengan kondisi pada 2012," kata Bustanul Arifin dalam Seminar Nasional "Agribusiness Outlook 2013" yang digelar di Jakarta, Rabu (5/12).
Menurut Bustanul, kondisi agribisnis pada 2012 dapat dikatakan "penuh drama" yang antara lain ditandai adanya dampak kekeringan di negara-negara besar produsen pangan seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Australia.
Sedangkan di belahan bumi lain, ujar dia, Brazil sebagai salah satu produsen gula dan kedelai terbesar dunia sedang mengalami anomali cuaca yang relatif basah, dan hal itu sempat membuat harga-harga pangan dan pertanian dunia cukup liar.
Namun demikian, lanjutnya, beberapa sektor cukup prospektif dan beberapa lain harus berjuang dari bawah.
Ia mencontohkan, komoditas kopi berpeluang lebih baik namun terdapat permasalahan klasik seperti sistem produksi, pascapanen, dan persoalan kualitas kopi.
Selain itu, kelembagaan pasar lelang dan bursa komoditas berjangka dinilai belum mampu meningkatkan efisiensi pemasaran, transparansi pembentukan harga, dan mutu kopi yang diperdagangkan di pasar internasional.
Untuk karet, Bustanil yang juga merupakan ekonom senior "Institute for Development of Economics and Finance" (INDEF) mengatakan, produksi karet Indonesia kini telah sebesar 2,8 juta ton per tahun atau kedua terbesar di dunia setelah Thailand atau menggeser Malaysia.
Apalagi, ujar dia, harga karet di dunia mulai naik kembali hingga dapat mencapai 3 dolar AS perkilogram, sehingga telah cukup menjadi insentif untuk pengembangan agro-industri karet.
Ia memperkirakan pada 2013, komoditas karet akan prospektif asalkan diikuti sistem insentif dan kemudahan bagi investasi asing dan domestik untuk pengembangan produk hilir karet domestik.
Sedangkan untuk kakao pada 2013 dinilai merupakan saat yang tepat untuk mulai melakukan "review" atau kajian terhadap pajak ekspor, terutama jika dampak efisiensi rantai nilai tidak terlalu besar.
0 komentar:
Post a Comment